Dia sosok
yang hadir saat kuputuskan untuk tidak lagi kembali dalam satu keadaan yang
akan membuatku merasa sakit, yah semacam Jatuh CINTA. Dia datang dengan segala
kesederhanaan, tanpa ada yang dilebih-lebihkan dan dikurang-kurangkan. Nothing
special, tapi semuanya berubah seiring berjalannya waktu, dia yang awalnya
kutanggapi biasa menjadikan ku mulai merasa nyaman Aneh memang, sampai skarang Aku
tidak tau apa yang membuat ku nyaman, padahal jika dipikir dia bukan Tipikal pria
Idaman ku, dia dengan sikap cueknya Mampu membuat ku Jatuh Cinta.
Sejak itu aku
mulai menebak2 dan selalu menebak-nebak tentang perasaannya terhadapku. Terkadang
sikapnya menunjukkan rasa yang beda dari hubungan seorang teman, tapi untuk ke
rasa sayang, mungkin belum sejauh itu. Sampai pada akhirnya dia tau perasaan ku
yang sebenarnya, hanya satu kalimat yang dia katakan “Kita Jalani seperti Air
yang mengalir”.
Aku tidak tau
persis bagaimana harus mengartikan maksud dari kalimat itu. Yah, Setidaknya dia
tidak menyuruh ku berhenti. Setahun lebih berjalan dalam ketidakpastian. Aku
terkadang menerjemahkan sinyal-sinyal yg dia berikan, apakah pertanyaan itu
sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah
artikan dengan penuh percaya diri sedangkan dia hanya menanggapi dengan biasa
tanpa ekspresi yang bisa meyakinkan ku bahwa dia punya rasa yang sama. Yah
begitu berat, Lama dan betul-betul ku jalani tanpa kepastian. Entahlah,
terkadang aku merasa sangat bodoh bertahan dalam situasi ini.
Dia yang
selalu ku jadikan alasan agar tidak membuka hati untuk orang lain. Dia yang
namanya selalu kusebut didepan Mereka yang berusaha mencari2 alasan kenapa aku
tdak mau mencoba menerima orang-orang yyang dating dalam kehidupan ku.
Dia dia dan
Dia. Terkadang aku berusaha mencari2
kesalahan kecil yang ada di dalam dirinya, kesalahan yang secara desperate
aku cari dengan paksa karena aku takut untuk tahu bahwa dia bisa saja
sempurna, dia bisa saja tanpa cela dan aku bisa saja benar-benar
tidak bisa menjauhinya.
Hampir 2
tahun, dan masih tetap dalam kondisi ini, harus bagaimana lagi. Mungkin memang
sudah saatnya aku akhiri. Sakit memang, tapi ini mungkin jalan yang paling baik
agar tidak ada lagi yang perlu disalahkan dalam kondisi ini. Beginilah Akhirnya
dan mungkin memang beginilah seharusnya. :’)